Apa-Apaan, Granit Xhaka?! Pemenang Dan Pecundang Saat Roberto Firmino Dan Liverpool Nodai Asa Juara Arsenal

Apa-Apaan, Granit Xhaka?! Pemenang Dan Pecundang Saat Roberto Firmino Dan Liverpool Nodai Asa Juara Arsenal

The Reds dan The Gunners menyajikan laga klasik di Anfield, namun asisten wasit Constantine Hatzidakis terancam sanksi FA.

The Reds dan The Gunners menyajikan laga klasik di Anfield, namun asisten wasit Constantine Hatzidakis terancam sanksi FA.

Anfield lagi-lagi menjadi panggung sandiwara ketika Liverpool dan Arsenal saling bertarung dalam laga klasik Liga Primer Inggris, laga yang membuat kedua belah pihak tak sepenuhnya bahagia dan tak sepenuhnya gundah gulana.

 

The Gunners, mungkin, dalam lubuk hati yang terdalam, sebenarnya bisa memandang hasil imbang 2-2 sebagai hasil yang bagus mengingat sejarah buruk mereka di Merseyside. Namun, setelah memimpin 2-0 dalam waktu setengah jam, pasukan Mikel Arteta akan menyesali telah melepaskan dua poin dari genggaman mereka. Manchester City yang tentunya bersorak paling lantang.

 

 

Sementara itu Liverpool boleh sedikit berpuas hati setelah comeback yang layak dipuji, serta bagaimana mereka memberikan agresi, komitmen, dan tekad di situasi yang sebenarnya nampak tanpa harapan. Tandukan menit akhir Roberto Firmino membuat The Kop meraung, dan pasukan Jurgen Klopp sebenarnya bisa beberapa memenangkan pertandingan setelahnya jika bukan karena keperkasaan Aaron Ramsdale.

Hasil ini tetap tak akan cukup untuk menghidupkan ambisi empat besar mereka, tetapi setidaknya bisa menjadi pemantik bahwa The Reds yang dikenal banyak orang belum mati sepenuhnya, meski terseok-seok musim ini.

 

BOLAGENG mengulas pemenang & pecundang dari Anfield...

PEMENANG: Roberto Firmino

Rasanya tak ada pahlawan yang lebih populer lagi di Anfield.

 

Ini memang hari-hari terakhir Roberto Firmino di Liverpool, tetapi nampaknya ia bertekad untuk memberikan suatu peninggalan untuk dikenang lekat para pemujanya, meski sudah banyak.

 

Setelah membuat Anfield meraung saat golnya menutup pembantaian Manchester United, striker Brasil ini membuat The Kop menggila dengan gol penyeimbangnya, tiga menit sebelum waktu normal selesai.

 

Firmino memang berutang budi kepada Trent Alexander-Arnold, yang momen kegemilangan serta umpan silangnya menciptakan peluang baginya, tapi jangan salah - ini adalah momennya Firmino.

 

 

Arsenal adalah lawan favoritnya. Tak satu pun pemain dalam sejarah Liga Primer Inggris yang mencetak gol non-penalti ke gawang The Gunners lebih banyak darinya. Ini adalah gol non-penalti ke-10-nya melawan Arsenal, dan ke-11 secara keseluruhan. Mungkin 'cuma' penyeimbang, tetapi raungannya sungguh dahsyat!

PECUNDANG: Granit Xhaka

Oh Granit... kamu ini mikir apa, sih?! Apa tidak belajar dari musim lalu?!

 

Setelah 35 menit berjalan, Arsenal merajai. Unggul dua gol lewat dua Gabriel, Martinelli dan Jesus, sang pemimpin klasemen pun seperti bersiap mengamuk di tanah suci Kopites. Anfield, yang bisingnya memekakkan telinga sebelum sepak mula, perlahan-lahan mulai mengecam pemain-pemain mereka sendiri, tak habis pikir melihat tim kesayangan bermain lesu dan lunglai.

 

Xhaka mengubah itu semua. Dibikin marah oleh kelalaian wasit Paul Tierney yang tak memberi perekik setelah ia bentrok dengan Ibrahima Konate, gelandang Swiss tersebut menubruk Trent Alexander-Arnold yang tengah membawa bola.

 

TAA bereaksi, dan perkelahian kecil pun terjadi dan mereka sama-sama dikartu kuning. Namun tiba-tiba, sejak momen tersebut, Anfield seperti berubah wujud, dan Liverpool pun meresponnya dengan sesuai. Satu tim, satu stadion, bertransformasi bersama-sama, dan The Reds pun mencabik tim yang sempat menjadikan mereka bulan-bulanan.

 

Xhaka beruntung tak mendapat kartu kuning kedua setelah menjegal Firmino di menit akhir, tetapi kartu kuning yang ia dapatkan sangat mungkin menjadi faktor kuat Arsenal gagal tiga poin di sini. Bagi seorang pemain yang kaya pengalaman, tindakannya sungguh naif.

 

 

Paling tidak, Arteta tak bisa terlalu marah padanya. Pasalnya dia tahu betul hal-hal apa yang bisa menimpa Anda di Anfield jika lengah barang sedikit saja...

PEMENANG: Aaron Ramsdale

Arsenal tentu akan memandang hasil ini sebagai 'kehilangan dua poin', tetapi jika bukan karena kiper mereka, hasil pertandingan bisa jauh lebih buruk.

 

Ramsdale menjadi juru selamat The Gunners dan di akhir melakukan dua penyelamatan yang sangat gemilang dari usaha Mohamed Salah dan Ibrahima Konate. Momen yang berpotensi menjadi momen bersejarah nan besar, begitu pacuan gelar ini selesai dilaksanakan.

 

 

Kiper timnas Inggris itu sebelumnya juga melakukan aksi bertahan apik, menggagalkan laju Darwin Nunez saat striker Uruguay itu mengejar operan manis Salah. Penyelesaiannya memang buruk, tetapi sang kiper juga harus dipuji. Ramsdale sangat penting bagi Arsenal musim ini, dan ia kembali krusial di Anfield.

PECUNDANG: Mohamed Salah

Mungkin kita boleh menyalahkan Steven Gerrard setelah Salah jadi terlihat tak meyakinkan dari titik putih.

 

Beberapa pekan lalu, legenda Liverpool itu menggelar wawancara dengan Salah untuk media internal The Reds, yang membahas soal mindset dan teknik Salah saat menendang penalti.

 

"Saya tak menyukainya," aku Salah, dan ia akan semakin tak menyukainya. Semenjak mengobrol berdua dengan Gerrard, ia sudah gagal dua kali penalti dalam dua percobaan, dan keduanya melebar di sisi kanan kiper lawan.

 

Harus diakui bahwa secara keseluruhan Salah tampil apik, bikin repot lawan dan penuh percaya diri. Ia tampil gemilang melawan Oleksandr Zinchenko dan merupakan pemain terbaik Liverpool di babak pertama yang serba buruk itu. Jika bukan karena Ramsdale, ia bakal mencetak gol kemenangan menit akhir.

 

Namun mari kita lihat akan seperti apa penaltinya yang selanjutnya untuk Liverpool...

PEMENANG: Penonton netral

Terkadang, langkah terbaik memang adalah untuk melupakan segala tetek bengek analisis dan tribalisme, dan berkata 'Wow, benar-benar pertandingan sepakbola yang mendebarkan!'.

 

Dan laga ini cocok untuk menjadi momen tersebut. Laga pamungkas dari akhir pekan Liga Primer Inggris benar-benar memenuhi janjinya: kedua tim saling mempersembahkan pertarungan yang mengalir, saling jual beli serangan, penuh plot-twist yang tak bisa disamai oleh serial TV terbaik sekalipun.

 

Arsenal sudah 'menang' dalam setengah jam, tetapi justru berbalik hampir kalah di akhir. Liverpool yang berantakan berubah menjadi badai yang tak terbendung. Mereka mencatatkan 19 tembakan di dalam area penalti, lebih banyak dibandingkan tim mana pun kontra The Gunners pada 2003. Cekcok dan perkelahian tersaji, penuh aksi buang waktu, dan peluang di kedua sisi. Kedua tim berusaha mati-matian, dan mereka sama-sama mendapatkan pujian dari fans masing-masing saat waktu pneuh. "Super intens," ucap Arteta. "Sinting," imbuh Klopp.

 

"Salah satu pertandingan terbaik yang pernah saya saksikan," adalah penilaian Micah Richards di Sky Sports, dan rasanya tak banyak penonton netral yang bisa membantahnya. Puncak sepakbola Inggris!

PECUNDANG: Constantine Hatzidakis

Jika empat gol, 30 tembakan, sembilan sepak pojok, plus gol penyeimbang menit akhir, laga ini juga menampilkan aksi menyikut kontroversial yang dilakukan oleh... seorang hakim garis.

 

Entah Constantine Hatzidakis mikir apa, tapi kini ia akan menghadapi penyelidikan dari PGMOL, setelah melayangkan sikutnya ke arah bek Liverpool Andy Robertson saat turun minum.

 

Robertson, yang terkaget, malah dikartu kuning oleh wasit Tierney atas protesnya, dan seharusnya ini bukan akhir dari salah satu peristiwa paling aneh di Liga Primer. Jika pemain biasanya dikenai larangan tanding berdurasi panjang atas tindak kekerasan dan menynetuh wasit (apa kabar, Aleksandar Mitrovic?) maka apa yang akan terjadi kepada wasit jika mereka melakukan hal serupa?

 

 

Kita akan segera tahu. "mengetahui insiden yang melibatkan asisten wasit Constantine Hatzidakis dan bek Liverpool Andrew Robertson saat turun minum di laga Liverpool v Arsenal di Anfield, bunyi pernyataan dari FA, dirilis bahkan sebelum laga selesai. "Kami akan meninjau peristiwa ini sepenuhnya."

 

Arsenal tentu n memandang hasil ini sebagai 'kehilangan dua poin', tetapi jika bukan karena kiper mereka, hasil pertandingan bisa jauan di akhir melakukan dua penyelamatan yang sangat gemilang dari usaha Mohamed Salah dan Ibrahima Konate. Momen yang berpotensi menjadi momen bersejarah nan besar, begitu pacuan gelar ini selesai dilaksanakan.

Kiper timnas Inggris itu sebelumnya juga melakukan aksi bertahan apik, menggagalkan laju Darwin Nunez saat striker Uruguay itu mengejar operan manis Salah. Penyelesaiannya memang buruk, tetapi sang kiper juga harus dipuji. Ramsdale sangat penting bagi Arsenal musim ini, dan ia kembali krusial di Anfield.